Banyak sekali sahabat yang masa tuanya serupa pohon yang layu. Ia tidak saja gagal menjadi tempat berlindung bagi dirinya, juga tidak berhasil menjadi payung bagi generasi berikutnya. Sebagai akibatnya, kehidupan sangat kekurangan tempat berteduh.
Ruang Gelap Di Dalam
Osho sering menggunakan bahasa ekstrim. Di salah satu kuliahnya, Osho pernah bercerita kalau kebanyakan manusia hanya bertumbuh sampai umur tujuh tahun. Selebihnya tidak ada pertumbuhan. Buktinya, sekali lagi menurut Osho, coba saja lukai hati orang yang berumur delapan puluh tahunan, reaksinya akan menyerupai anak-anak yang berumur enam tahun.
Tentu saja tidak semua orang seperti itu. Ia amat tergantung pada kedalaman penggaliannya di dalam. Jika tidak menggali ke dalam, kemudian memiliki banyak ruang gelap di dalam, cerita Osho benar, semakin tua manusia maka semakin menakutkan hidupnya. Sebaliknya, bila ruang-ruang gelap di dalam diterangi cahaya kesadaran, semakin tua hidup ia akan menampakkan wajah yang semakin indah.
Indahnya cahaya kesadaran, ia menerangi kegelapan di dalam tidak dengan cara menendang dan membuang, melainkan dengan cara menjumpainya seperti menemui seorang sahabat. Itu sebabnya, di zaman dulu sekali sejumlah praktisi Tantra melakukan meditasi di kuburan dan tempat-tempat sangat menakutkan. Ini bukan untuk gagah-gagahan, melainkan belajar menjumpai rasa takut di dalam. Terutama karena waktu kematian akan menemui wajah ketakutan yang jauh lebih menakutkan.
Lentera Kesadaran
Siapa saja yang kerap memasuki ruang-ruang gelap di dalam mengerti, ketakutan, keraguan, kemarahan dan sejenisnya, ia bukan setan melainkan bagian integral dari diri kita sendiri. Ruang di dalam ini sangat menakutkan karena ia mirip salah satu kamar di rumah yang lama tidak dimasuki, tidak dibuka jendelanya, dan dari dulu sekali dibikinkan cerita-cerita mengerikan tentang ruang ini. Sebagai akibatnya, semakin hari ruangan itu semakin menakutkan.
Melalui praktik meditasi mendalam, semua ruang-ruang gelap di dalam ini dimasuki, dijumpai, dilihat apa adanya. Awalnya sangat menakutkan tentu saja, tetapi begitu ia didatangi dengan ketenangan, ketulusan dan keikhlasan, tidak ada hal yang berbahaya di sana. Ia adalah perjumpaan antara diri kita yang lama dan penuh kegelapan dengan diri kita yang lebih utuh. Itu sebabnya, para sahabat di kelas meditasi kerap dibimbing dengan pesan sederhana tapi mendalam: “terima, mengalir, senyum”.
Dalam bahasa psikolog Sigmund Freud, langkah-langkah ini disebut menerangi alam bawah sadar. Meminjam psikolog. Carl G. Jung, pendekatan ini serupa dengan menjumpai bayangan yang mengikuti sang jiwa kemana pun jiwa pergi. Di jalan Tantra, ini cara membuka lapisan-lapisan yang membungkus bagian diri kita yang tidak pernah lahir dan tidak pernah mati.
Purnama Cinta
Ruang gelap pertama di dalam yang biasanya diterangi lentera kesadaran adalah keraguan. Ruang gelap berikutnya adalah ketakutan. Dan tatkala kebanyakan ruang gelap di dalam sudah terterangi, kemudian seseorang akan tersenyum malu. Ternyata semua keraguan dan ketakutan hanya tali yang dikira ular. Karena gelap maka dikira yang ada di sana adalah makhluk menakutkan. Begitu terang, tidak ada satu pun makhluk menakutkan di sana.
Seorang sahabat yang sudah terang di dalamnya memiliki pengandaian indah: “Diri kita yang utuh serupa bulan purnama. Bagian gelapnya itulah keraguan dan ketakutan. Bagian terangnya adalah cinta”. Ini yang menerangkan kenapa orang-orang yang sampai di sini kemudian rindu sekali berbagi cahaya cinta.
Sebagian dari pencari jenis terakhir berjumpa pengalaman mistik, ada yang berjumpa pengalaman religius, ada juga yang berjumpa pengalaman pencerahan. Dalam pengalaman mistik, seseorang melihat dengan mata sendiri kalau ada kesakralan di alam ini yang sulit diterangkan. Kesakralan ini kemudian melahirkan rasa hormat, bakti, sujud yang membuat seseorang menjadi sangat religius. Di puncak religiusitas, seseorang mengalami pencerahan. Sederhananya, ia mirip dengan drum yang bagian bawahnya jebol. Kemudian tidak ada lagi luar dan dalam, tidak ada lagi yang menyembah dan yang disembah. Di titik itulah kehidupan mekar sebagai bunga kedamaian. Orang seperti inilah yang menjadi pohon tempat berteduh bagi banyak jiwa-jiwa yang gelisah.
Ruang Gelap Di Dalam
Osho sering menggunakan bahasa ekstrim. Di salah satu kuliahnya, Osho pernah bercerita kalau kebanyakan manusia hanya bertumbuh sampai umur tujuh tahun. Selebihnya tidak ada pertumbuhan. Buktinya, sekali lagi menurut Osho, coba saja lukai hati orang yang berumur delapan puluh tahunan, reaksinya akan menyerupai anak-anak yang berumur enam tahun.
Tentu saja tidak semua orang seperti itu. Ia amat tergantung pada kedalaman penggaliannya di dalam. Jika tidak menggali ke dalam, kemudian memiliki banyak ruang gelap di dalam, cerita Osho benar, semakin tua manusia maka semakin menakutkan hidupnya. Sebaliknya, bila ruang-ruang gelap di dalam diterangi cahaya kesadaran, semakin tua hidup ia akan menampakkan wajah yang semakin indah.
Indahnya cahaya kesadaran, ia menerangi kegelapan di dalam tidak dengan cara menendang dan membuang, melainkan dengan cara menjumpainya seperti menemui seorang sahabat. Itu sebabnya, di zaman dulu sekali sejumlah praktisi Tantra melakukan meditasi di kuburan dan tempat-tempat sangat menakutkan. Ini bukan untuk gagah-gagahan, melainkan belajar menjumpai rasa takut di dalam. Terutama karena waktu kematian akan menemui wajah ketakutan yang jauh lebih menakutkan.
Lentera Kesadaran
Siapa saja yang kerap memasuki ruang-ruang gelap di dalam mengerti, ketakutan, keraguan, kemarahan dan sejenisnya, ia bukan setan melainkan bagian integral dari diri kita sendiri. Ruang di dalam ini sangat menakutkan karena ia mirip salah satu kamar di rumah yang lama tidak dimasuki, tidak dibuka jendelanya, dan dari dulu sekali dibikinkan cerita-cerita mengerikan tentang ruang ini. Sebagai akibatnya, semakin hari ruangan itu semakin menakutkan.
Melalui praktik meditasi mendalam, semua ruang-ruang gelap di dalam ini dimasuki, dijumpai, dilihat apa adanya. Awalnya sangat menakutkan tentu saja, tetapi begitu ia didatangi dengan ketenangan, ketulusan dan keikhlasan, tidak ada hal yang berbahaya di sana. Ia adalah perjumpaan antara diri kita yang lama dan penuh kegelapan dengan diri kita yang lebih utuh. Itu sebabnya, para sahabat di kelas meditasi kerap dibimbing dengan pesan sederhana tapi mendalam: “terima, mengalir, senyum”.
Dalam bahasa psikolog Sigmund Freud, langkah-langkah ini disebut menerangi alam bawah sadar. Meminjam psikolog. Carl G. Jung, pendekatan ini serupa dengan menjumpai bayangan yang mengikuti sang jiwa kemana pun jiwa pergi. Di jalan Tantra, ini cara membuka lapisan-lapisan yang membungkus bagian diri kita yang tidak pernah lahir dan tidak pernah mati.
Purnama Cinta
Ruang gelap pertama di dalam yang biasanya diterangi lentera kesadaran adalah keraguan. Ruang gelap berikutnya adalah ketakutan. Dan tatkala kebanyakan ruang gelap di dalam sudah terterangi, kemudian seseorang akan tersenyum malu. Ternyata semua keraguan dan ketakutan hanya tali yang dikira ular. Karena gelap maka dikira yang ada di sana adalah makhluk menakutkan. Begitu terang, tidak ada satu pun makhluk menakutkan di sana.
Seorang sahabat yang sudah terang di dalamnya memiliki pengandaian indah: “Diri kita yang utuh serupa bulan purnama. Bagian gelapnya itulah keraguan dan ketakutan. Bagian terangnya adalah cinta”. Ini yang menerangkan kenapa orang-orang yang sampai di sini kemudian rindu sekali berbagi cahaya cinta.
Sebagian dari pencari jenis terakhir berjumpa pengalaman mistik, ada yang berjumpa pengalaman religius, ada juga yang berjumpa pengalaman pencerahan. Dalam pengalaman mistik, seseorang melihat dengan mata sendiri kalau ada kesakralan di alam ini yang sulit diterangkan. Kesakralan ini kemudian melahirkan rasa hormat, bakti, sujud yang membuat seseorang menjadi sangat religius. Di puncak religiusitas, seseorang mengalami pencerahan. Sederhananya, ia mirip dengan drum yang bagian bawahnya jebol. Kemudian tidak ada lagi luar dan dalam, tidak ada lagi yang menyembah dan yang disembah. Di titik itulah kehidupan mekar sebagai bunga kedamaian. Orang seperti inilah yang menjadi pohon tempat berteduh bagi banyak jiwa-jiwa yang gelisah.
0 comments:
Post a Comment